close

Nool Upcycled Bag and Wallet, Ubah Limbah Jadi Rupiah

Nool Upcycled Bag and Wallet adalah produk hasil karya mahasiswa Institut Desain dan Bisnis Bali yang menjadi pemenang dalam ajang KMI Expo 2023 kategori industri kreatif, seni budaya, dan pariwisata. Tim yang terdiri dari empat mahasiswa, Elizabet Angelina, Ni Putu Anggita Okta Pramesti, Gede Eri Sumantara, dan Jashinta Philasti Putri Haryadi ini menciptakan produk cemerlang dari hasil pengolahan limbah plastik dan kain perca yang diubah menjadi produk tas dan dompet yang modis.

Awalnya, produk Nool Upcycled Bag and Wallet ini lahir dari sebuah tugas kuliah. Sebagai mahasiswa fesyen desain, Eliza dan kawan-kawan mendapat tugas untuk mengolah limbah plastik menjadi produk fesyen. Saat pengerjaan tugas, mereka menyadari bahwa sebagai mahasiswa fesyen desain, limbah utama yang mereka hasilkan adalah kain perca. Oleh karena itu, mereka mulai menciptakan produk daur ulang berbahan dasar plastik dan kain perca.

Nool Upcycled Bag and Wallet berkembang cukup pesat dan melebihi ekspektasi yang awalnya hanyalah tugas kuliah. Tim Nool mulai mengembangkan bisnisnya dan mengikuti Program Pembinaan Wirausaha Mahasiswa (P2MW) atas arahan dari dosen mereka. Dengan mengikuti P2MW, mereka berharap bisa mendapat bantuan dana serta relasi yang luas untuk mengakselerasi penjualan produknya.

P2MW membantu mengembangkan usaha mahasiswa melalui bantuan dana pengembangan dan memberikan pendampingan serta pelatihan usaha. Berkat P2MW, Tim Nool bisa mendapatkan banyak keuntungan untuk keberlangsungan bisnisnya, di antaranya mereka mendapatkan sertifikat UMKM, legalitas usaha, serta Nomor Induk Berusaha. Tak kalah penting, P2MW juga membuka jalan bagi Nool untuk mendapatkan pelanggan dengan skala yang lebih luas.

“Kami mendapatkan banyak pelanggan dari proses kami mengikuti P2MW ini. Pembeli Nool biasanya adalah orang-orang yang sudah paham mengenai sustainability product, orang-orang yang tertarik dengan seni, penggiat seni, dan aktivis lingkungan. Melalui pelanggan-pelanggan ini, Nool juga mendapat banyak masukan yang membuat kita terus berproses lebih baik,” tutur Eliza sebagai tim pengembang Nool Upcycled Bag and Wallet.

Dalam proses pembuatan produk, Eliza menceritakan Tim Nool melakukan banyak percobaan agar bisa menemukan formulasi yang tepat dalam pengelohan produk ini. Awalnya, mereka hanya memproduksi gantungan kunci, card holder, dan dompet. Namun, setelah melakukan banyak percobaan selama kurang lebih tiga bulan, Tim Nool akhirnya bisa memproduksi tas dan dompet yang modis, sekaligus bisa mengolah limbah dengan baik.

Baca Juga :  Transformasi Pendidikan Tinggi Melalui Implementasi Kampus Merdeka dan Reka Cipta

Eliza dan tim bertekad untuk menciptakan produk daur ulang yang tetap cantik, menarik, dan modis sehingga limbah plastik yang digunakan juga bukan plastik asal-asalan. Mereka tetap memilih dan memadupadankan plastik tersebut berdasarkan warna dan corak sehingga tetap bisa menjadi pola yang indah.

“Proses produksi diawali dengan proses sterilisasi plastik yang kita gunakan. Plastik yang digunakan kita cuci dan kita beri disinfektan terlebih dahulu agar tidak ada kotoran atau minyak yang tersisa. Setelah itu, kami potong menjadi lembaran-lembaran dan kemudian masuk ke proses press. Proses press ini masih kami lakukan secara manual menggunakan setrika. Setelah di-press plastik-plastik tersebut akan kami potong sesuai pola. Kemudian akan kami jahit dan bagian dalamnya menggunakan limbah kain perca, serta terakhir adalah proses finishing,” jelas Anggita sebagai tim produksi Nool.

Kendati sudah melewati proses yang cukup panjang dan produk yang dihasilkan cukup modis, Nool Upcycled Bag and Wallet tetap mengalami beberapa kendala dalam proses pengembangan bisnisnya. Sebagai wirausahawan muda yang masih menjadi mahasiswa aktif di Institut Desain dan Binis Bali, Eliza dan tim tentu sedikit kesulitan dalam membagi waktu antara akademik dan bisnis. Terlebih saat mengikuti P2MW proses seleksinya sangat ketat dan memerlukan komitmen tinggi dari anggotanya.

“Selain kendala secara internal yaitu kesulitan membagi waktu antara akademik dan bisnis Nool ini, kami juga menemukan kendala eksternal. Dalam proses pemasaran kami banyak menerima penolakan karena masyarakat masih menganggap produk ini sampah. Jadi tantangannya adalah meyakinkan masyarakat bahwa produk ini telah steril dan bisa dipakai untuk sehari-hari,” ungkap Anggita mahasiswa asal Bali itu.

Namun, berbagai kendala dan tantangan tersebut bisa mereka lalui dengan baik bahkan bisa mengantarkan mereka membawa trofi kemenangan KMI Expo 2023. Bahkan, karena kendala yang berkaitan dengan pembagian waktu, Eliza dan tim justru bisa memberdayakan penjahit lokal untuk membantu melakukan proses jahit dan finishing pada produk Nool Upcycled Bag and Wallet. Tentu hal ini membuktikan bahwa mahasiswa bisa berwirausaha sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar.

Kemenangan yang Tim Nool raih tidak membuat mereka berpuas diri. Mereka tetap berambisi untuk bisa memperluas bisnis dan memberikan dampak positif bagi lebih banyak orang. Bahkan, Eliza dan tim juga menjelaskan bahwa saat ini sudah ada produk baru yang diproduksi oleh Tim Nool.

Baca Juga :  Dirjen Diktiristek Apresiasi Peran Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah Pembangunan Pendidikan Tinggi di Indonesia

“Saat ini kami juga sudah memproduksi tatakan gelas yang dibuat dari bahan sisa pembuatan dompet. Tatakan gelas ini juga menjadi produk penunjang B2B kami ke kedai kopi dan hotel. Tatakan gelas ini juga produk yang lahir dari diskusi kami bersama para pelaku usaha,” ujar Eliza.

Selain ingin mengembangkan produk, Tim Nool juga mengaku ingin mengembangkan teknik produksi yang mereka gunakan sehingga tidak hanya melalui teknik press saja. Mereka juga berharap bisa menggunakan lebih banyak limbah misalnya seperti tutup botol yang diolah menjadi anting atau gelang. Selain itu Tim Nool juga memiliki ambisi besar untuk memperkenalkan produk ini ke kancah internasional.

“Kami ingin mengenalkan produk Nool Upcycled Bag and Wallet ini ke seluruh penjuru dunia karena fenomena sampah di seluruh dunia juga masih sama. Masalah sampah masih belum terselesaikan dengan baik sehingga melalui produk kami (Nool Upcycled Bag and Wallet) kami yakin dapat berkontribusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah tersebut,” jelas Anggita mahasiswa semester tujuh itu.

Sebagai wirausaha muda yang menjalankan bisnisnya secara daring, Eliza beserta timnya juga berharap bisa mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan limbah. Eliza berharap melalui produk Nool Upcycled Bag and Wallet masyarakat bisa mulai peduli pada lingkungan khususnya limbah plastik dan kain perca yang menjadi limbah fesyen terbanyak kedua karena adanya fast fashion. Pemenang KMI Expo ini juga menjelaskan bahwa sampah bisa menjadi ‘bom waktu’ bagi umat manusia sehingga masyarakat harus memulai langkah nyata untuk bisa mengatasi permasalahan sampah ini. Tim Nool Upcycled juga turut mengapresiasi program P2MW ini dan menunjukkan sikap optimisnya terkait program ini. “P2MW ini adalah program yang sangat membantu bagi mahasiswa. Melalui P2MW mahasiswa dapat termotivasi untuk mengembangkan bisnis karena P2MW ini juga menjadi wadah yang efektif bagi mahasiswa yang memiliki ide bisnis tetapi bingung mendapat pendanaan dari mana. Semoga P2MW ini bisa terus berjalan dan menghasilkan lebih banyak wirausahawan muda dari kalangan mahasiswa,” pungkas Gede Eri sebagai tim produksi.

Penulis:
Mustika Maharani – Mahasiswa Magang MSIB Ditjen Dikti, Batch 5