close

Mahasiswa Geofisika Unpad Kembangkan 5 Software untuk Pengindraan Jauh dan Pengukur Fisis Batuan

Mahasiswa Program Studi Geofisika Universitas Padjadjaran mengembangkan lima perangkat lunak (software) berbasis portal web untuk mendukung pembelajaran dan penelitian mengenai pengindraan jauh serta untuk mengukur parameter fisis batuan.

Ketua Program Studi Geofisika Unpad Dr. Irwan Ary Dharmawan, M.Si., menjelaskan, pengembangan perangkat lunak tersebut didasarkan guna mempermudah pengguna dalam mengakses beragam data di bidang pengindraan jauh maupun pengukuran fisis batuan.

Pengindraan jauh sendiri merupakan metode paling murah dalam melakukan pemetaan bumi. Pemetaan dilakukan melalui citra yang didasarkan dari data satelit. Selama ini, untuk mengakses citra satelit yang disajikan, salah satunya di Google Earth Engine, masih harus menggunakan bahasa pemograman.

“Kita buat portal sendiri di mana data bisa diakses siapapun tanpa memiliki pengetahuan mengenai bahasa pemograman,” ujar Irwan saat diwawancarai Kantor Komunikasi Publik Unpad, Jumat (13/8).

Lima perangkat lunak ini bisa diakses secara gratis oleh seluruh masyarakat, serta membantu bagi seluruh bidang ilmu yang terkait dengan pengindraan jauh maupun pengukuran fisis batuan.

Perangkat lunak pertama adalah “Indraja Buana” (http://grid.unpad.ac.id/~ijb/). Perangkat lunak ini dikembangkan oleh Rifky Naufal Hendrawan SP dan tim. Indraja Buana merupakan perangkat untuk melihat berbagai potensi bumi yang diambil dari beragam data satelit yang ditampilkan pada Google Earth Engine.

Melalui perangkat lunak ini, pengguna bisa melihat beragam data seperti penjelajahan wilayah, NDVI dan agroklimat, kualitas udara, hingga tutupan lahan. Sebagai contoh, perangkat lunak ini bisa digunakan untuk melihat bagaimana perubahan polusi udara suatu wilayah sebelum hingga selama masa PSSB tahun lalu.

Baca Juga :  Sebanyak 404 Mahasiswa dari 10 Negara Ikuti Summer Program FEB Unpad

“Aplikasi ini bisa mencakup data bumi dari seluruh dunia, dengan penggunaan yang user friendly, sehingga orang yang tidak tahu bahasa pemograman bisa melihatnya,” kata Irwan.

Perangkat lunak kedua adalah “Pajabat” (http://grid.unpad.ac.id/~pajabat/). Perangkat lunak yang dikembangkan Viraldi Dyesa, Syifa A. Prasetyo, dan Erik Irawan ini digunakan untuk melihat sifat fisis suatu batuan. Perangkat ini menggunakan berbagai algoritma untuk menghitung parameter sifat fisis batuan di dalamnya.

Perangkat lunak ketiga adalah “Presitas” (http://grid.unpad.ac.id/~presitas/). Perangkat lunak ini merupakan pengembangan dari Pajabat. Kemampuan pengukuran sifat fisis batuan di dalamnya dilengkapi dengan machine learning.

“Dengan machine learning, kita tinggal memotret batuan lalu dapat terlihat sifat fisisnya. Nantinya, Presitas akan dikembangkan menjadi aplikasi pada smartphone,” jelas Irwan.

Sementara perangkat lunak keempat adalah “Bentala Aksa” (http://grid.unpad.ac.id/~ba/). Perangkat ini dikembangkan oleh tim KKN Unpad yang dibimbing oleh Irwan.

Irwan menjelaskan, Bentala Aksa merupakan turunan dari perangkat lunak Indraja Buana. Hanya saja, Bentala Aksa lebih dikhususkan untuk melihat bagaimana potensi pertanian dari lahan yang tersebar di Jawa Barat.

Baca Juga :  Ditjen Dikti Luncurkan RECON untuk Edukasi dan Pendampingan dalam Pencegahan dan Penanganan Covid-19

Data dari citra pengindraan jauh dikombinasikan dengan data dari Kementerian Pertanian, sehingga aplikasi ini bisa menentukan bagaimana karakteristik lahan dan potensi tanamannya.

“Kita bisa lihat apakah di suatu wilayah cocok ditanami kelapa, atau rambutan, misalnya, sehingga bisa tahu lahan itu cocoknya buat apa,” papar Irwan.

Perangkat lunak terakhir adalah “MataBDG” (http://grid.unpad.ac.id/~matabdg/). Perangkat ini juga khusus digunakan untuk melihat potensi wilayah di Bandung Raya, mulai dari data indeks (NDVI, NDWI, NDBI dan suhu tanah), hingga data tutupan lahan, dan data kualitas udara.

Perangkat lunak MataBDG dikhususnya untuk menyajikan data pengindraan jauh di Bandung. “Karena kita ada di Bandung dan ingin memberikan kontribusi, sehingga software ini bermanfaat bagi Bandung,” sambungnya.

Irwan mengatakan, sejumlah perangkat lunak sudah pernah dipresentasikan di berbagai pertemuan ilmiah tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, perangkat lunak Indraja Buana dan Pajabat juga pernah memenangkan kompetisi bergengsi yang digelar Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).

Tidak hanya itu, kelima perangkat lunak ini juga telah memperoleh Surat Pencatatan Hak Cipta dari Direktur Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI untuk kategori jenis ciptaan program komputer.

Ke depan, tim Geofisika Unpad akan terus melakukan pengembangan dan pembaruan, utamanya mengombinasikan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence), hingga menambahkan sejumlah parameter lain.*