close

Kini, Menyiapkan Pembelajaran di Era New Normal

London School of Public Relations, yang lebih dikenal LSPR adalah salah satu perguruan tinggi swasta papan atas di Indonesia, khususnya di bidang komunikasi. LSPR juga sudah terbukti meluluskan alumni sangat compatible di bidangnya. Kesuksesan tersebut tak luput dari campur tangan wanita hebat di belakangnya. Ia adalah Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, pendiri sekaligus pemilik dari LSPR Jakarta. 

Prita merupakan sosok wanita hebat di balik suksesnya LSPR. Mengawali karir dan mendirikan usaha di usia muda tak membuat Prita putus asa dan menyerah dengan keadaan. Prita melihat peluang dan belajar banyak dengan tempat kerjanya terdahulu. Menurut Prita, membangun bisnis tak harus memiliki modal yang banyak, namun atas tekad dan niat yang bulat. 
“Dulunya, saya menjadi PR di salah satu fitness centre. Meskipun terlihat sepele dan disepelekan banyak orang, justru disinilah saya belajar banyak hal. Hingga akhirnya saya mendirikan LSPR ini,” ujar Prita saat bincang-bincang dengan Komunitas SEVIMA melalui Zoom pada (26/04) lalu. 
Menyulap tempat kursus menjadi kampus ternama
Pada tahun 1992 silam, LSPR berdiri sebagai salah satu tempat kursus. Berdirinya tempat kursus ini dilatar belakangi karena minimnya tenaga ahli public relation di Indonesia. Inilah yang membuat Prita semakin yakin untuk mendirikan tempat kursus ini. 
“Awal mulanya saya hanya menyewa ruangan yang berukuran 12 meter saja, lalu saya bentuk tempat itu menjadi sebuah tempat kursus yang nyaman dengan kualitas terbaik. Memang tidak mudah menjalani karena keterbatasan sarana prasarana. Namun saya tak menyerah, saya selalu usahakan yang terbaik dan bertekad mengajar para murid agar bisa mencetak tenaga Public Relation professional yang bisa berkecimpung di dunia kerja.,” ujarnya. 
Berbekal ilmu Public Relation yang dimiliki itulah, Prita semakin yakin bahwa tempat kursusnya akan berkembang pesat. Ditambah lagi Ia selalu mengupayakan kualitas Internasional dalam metode pembelajaran, akhirnya membuat LSPR semakin berkembang sangat pesat. Hingga pada tahun 1999, LSPR resmi mendapatkan izin berdiri menjadi sebuah perguruan tinggi yang diberi nama STIKOM LSPR. Penerapan Hybrid Learning di tengah pandemi
Pandemi memang membawa dampak yang signifikan terhadap dunia pendidikan. Begitu pula yang dirasakan oleh Prita. Menurutnya, LSPR saat ini masih terus berjuang memberikan pembelajaran yang terbaik meskipun di masa pandemi. 
“Untuk mengatasi problematika pandemi ini, kampus LSPR mengantisipasinya menggunakan metode Hybrid Learning. Dengan menggunakan Hybrid Learning ini diharapkan mampu membentuk mahasiswa untuk tetap bisa saling berinteraksi dengan baik,” paparnya. 
“Kami akan mengadakan perkuliahan sebesar 50% secara online dan 50% secara offline. Kegiatan online ini akan diadakan bagi mahasiswa untuk belajar dan memahami materi perkuliahan, sedangkan perkuliahan offline akan diadakan bagi mereka yang melakukan praktikum,” tambahnya. 

Baca Juga :  Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jalin Kerjasama dengan TikTok dan Tokopedia

Setelah hampir setahun pemerintah membatasi masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah, pada bulan Juni mendatang menjadi masa transisi menuju era kenormalan baru atau New Normal.

London School Public Relations (LSPR) Communication & Business Institute kini juga tengah mempersiapkan sejumlah protokol belajar-mengajar untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan mahasiswa, pengajar, serta para karyawannya.

LSPR sendiri memiliki 5.000 mahasiswa, 325 staf, dan 260 orang pengajar. Hal ini tentu tidak mudah bagi LSPR untuk mengaturnya.

“Tidak mudah untuk membuat semua orang tiba-tiba berubah. Oleh karena itu, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan hal ini sejak awal. Pada saat WFH (work from home), kami juga harus berpikir kreatif untuk merancang strategi dalam menghadapi pandemi ini,” ujar Founder & CEO LSPR Communication & Business Institute Prita Kemal Gani.

LSPR akan kembali mengadakan kelas offline pada masa pelonggaran PSBB dan New Normal. Akan tetapi kelas ini hanya dapat diikuti mahasiswa dengan jumlah separuhnya.

Jika dalam kondisi normal, per kelas mencapai 36 mahasiswa, maka pada masa ini, LSPR hanya mengizinkan 18 mahasiswa atau separuhnya yang dapat mengikuti kelas offline. Mahasiswa akan digilir untuk masuk ke kelas tersebut.

Baca Juga :  ITS Bersama ADPII Rumuskan Visi Keilmuan Desain Produk di Indonesia

Selebihnya, mahasiswa dapat mengikuti kelas dari rumah. Meski mengikuti kelas online, mahasiswa dapat melihat secara langsung bagaimana suasana kelas.

“Jadi, kami menggunakan alat atau teknologi dimana mahasiswa di rumah dapat melihat dan mendengar langsung semua kegiatan di dalam ruangan kelas kampus. Dengan demikian, class experience bisa mereka dapatkan meski mengikuti dari rumah,” terang Prita.

Selain itu, durasi di dalam kelas pun tidak bisa selama seperti dalam kondisi normal. Artinya, jika dulu dalam sehari ada tiga shift, maka sekarang LSPR membuatnya dalam 6 shift. Setiap shift-nya memang memiliki waktu yang pendek.

Strategi dan protokol kesehatan tersebut juga telah disosialisasikan kepada mahasiswa, dosen, dan staf kampus LSPR melalui website resmi kampus, serta media sosial seperti Youtube dan instagram.

“Bahkan, kami juga punya Tim Gugus Covid-19, yang kami sudah persiapkan betul untuk menangani mereka yang terdeteksi terinfeksi Covid-19,” tutup Prita.
Berkembangnya LSPR yang semakin pesat, tak lantas membuat Prita berdiam diri. Inilah saatnya LSPR terus mencoba inovasi baru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian LSPR bisa mencetak lulusan yang kompeten di bidangnya. 
Selain itu, Prita juga berharap agar LSPR bisa mengadakan omni lecturer. Omni lecturer in akan mengundang dosen dari luar negeri untuk mengajar di LSPR. dan sebaliknya, dosen LSPR akan ditugaskan mengajar di luar negeri. Maka, LSPR akan mampu menjadi sebuah perguruan tinggi yang broad understanding. 
Tak ketinggalan, Prita juga sangat mendukung penuh dengan adanya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Menurut Prita, melalui program ini antar kampus bisa saling melakukan program pertukaran mahasiswa. Sehingga mahasiswa di LSPR akan bisa belajar banyak tentang ilmu di luar jurusan atau di luar kampus. Dengan demikian, mahasiswa juga bisa memahami kaidah-kaidah ilmu dan soft skill dengan baik.