close

Kabar Fitopatologi IPB University Bahas Cendawan Endofit untuk Kesehatan Tanaman

Paradigma pengelolaan penyakit tumbuhan semakin berkembang dalam rangka menyelamatkan produksi tanaman dan menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan mikrob bermanfaat. Salah satu jenis mikrob yang populer dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi pengendalian adalah cendawan endofit terutama karena perannya tidak hanya sebagai agens hayati tetapi juga agens penginduksi ketahanan tanaman.

Eksplorasi, keragaman, dan keefektifan pengendalian penyakit tumbuhan menggunakan cendawan endofit terus berkembang dan dikaji secara komprehensif.
Pembahasan mengenai peranan cendawan endofit ini dibahas dalam webinar yang diselenggarakan oleh Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University (21/4).

Dr Suryo Wiyono sebagai pakar cendawan endofit IPB University memaparkan bahwa lebih dari 50 spesies cendawan endofit tersebar pada daun, pelepah, batang, dan akar tanaman padi. Keberadaan cendawan endofit ini sangat berpotensi mendukung pertumbuhan dan pertahanan tanaman terhadap penyakit.

Namun demikian, mikrob dengan daya adaptasi yang sudah stabil di dalam tanaman ini, kelimpahannya sangat bergantung pada varietas tanaman, ketinggian tempat, penggunaan pestisida, dan faktor-faktor budidaya lainnya.

Baca Juga :  ITS Kembangkan Alat Deteksi Dini Covid-19 Melalui Batuk

Evan Purnama Ramdan telah berhasil mengeksplorasi cendawan endofit yang dimanfaatkan untuk penekanan penyakit Phytophthora capsici pada cabai.

“Meski diketahui tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman, kajian patogenisitas terhadap cendawan endofit yang diisolasi harus tetap dievaluasi agar peran cendawan endofit dapat dioptimalkan,” ujar dosen Agroteknologi, Universitas Gunadarma yang sedang menempuh program doktoral di Program Studi Fitopatologi, IPB University ini.

Lebih lanjut dilaporkan temuannya sebanyak lima isolat cendawan endofit telah terseleksi dan terbukti menurunkan penyakit busuk batang cabai hingga 25 persen.
Dalam upaya meningkatkan kelestarian lingkungan, cendawan endofit juga diteliti sebagai agens bioremediasi residu fungisida. Melalui analisis gas chromatography, cendawan kelompok dark septate endophyte (DSE) berhasil menurunkan konsentrasi fungsida Mankozeb sampai 80 persen pada skala in vitro, seperti yang dilaporkan oleh Jean Nihana Manalu.

Baca Juga :  Ciptakan Ekosistem Riset dan Inovasi melalui Kolaborasi BUMN dan Perguruan Tinggi

“Berbagai senyawa termasuk dari kelompok keton, steroid dan sterol yang diproduksi oleh DSE ini diduga memegang peranan penting dalam peningkatan ketahanan tanaman terhadap cekaman abiotik,” demikian penjelasan alumnus program magister dari Program Studi Fitopatologi IPB University yang pernah bertugas sebagai dosen di STIPER Flores, Bajawa ini.

Diskusi bertajuk “Kabar Fitopatologi” yang dihadiri oleh 250 peserta dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian dan unit kerja khususnya di Kementrian Pertanian ini dimoderatori oleh Dr Bonny PW Soekarno.  Kegiatan ini merupakan seri pertama dari empat seri yang diagendakan mulai bulan April sampai Juli 2021 yang dimotori oleh Divisi Penyakit Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB University.  

“Kabar Fitopatologi” akan mengangkat topik perkembangan keilmuan penyakit tumbuhan khususnya di bidang cendawan, virus, nematoda, dan bakteri patogen tumbuhan. (**/Zul)