close

Dihqon Naadamist, Alumnus IPB University yang Bercita-cita Sekolahkan 1000 Anak Lewat Cleansheet

Berawal dari melihat fakta mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi yang kesulitan mencari penghasilan tambahan di tengah rutinitas sehari-hari, Dihqon Naadamist memelopori Cleansheet yang kini menjelma menjadi perusahaan PT Cita Indonesia Bersih. Cleansheet merupakan start up jasa kebersihan yang berbasis sociotechnopreneurship dengan memberdayakan mahasiswa dan anak-anak yang putus sekolah.

Dihqon, alumnus IPB University asal Pekalongan ini menceritakan bahwa dulu sebelum kuliah, ia merupakan anak pendiam. Hal ini berubah seiring perjalanannya menjadi mahasiswa di IPB University. Baginya, IPB University telah memberikan banyak perubahan.

“Peran IPB University sangat besar. Dari IPB University saya belajar segala hal. Saya mulai mengenal orang hingga teknik negosiasi. Dahulu saya termasuk yang pendiam. Ketika ikut organisasi terbentuklah prinsip serta karakter leadership. IPB University membantu saya memasuki zona yang lebih gila (menantang) lagi,” ujarnya.

Baca Juga :  Antisipasi Covid-19, UNIMED Terapkan Kuliah Daring

Saat ini, Cleansheet telah memiliki lima cabang yang tersebar di daerah Jabodetabek.

“Alhamdulillah, ke depan Cleansheet akan terus berkembang dan akan terus menyebar di seluruh perkotaan Indonesia. Lima tahun berikutnya, saya bersama tim Cleansheet memiliki target untuk menyekolahkan dan menguliahkan 1000 anak kurang mampu di Indonesia,” terang Dihqon, peraih penghargaan Santripreneur Award 2020 ini.

Cita-citanya menyekolahkan dan menguliahkan 1000 anak kurang mampu seiring dengan prinsip yang ia pegang bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Ia ingin membanggakan orang tuanya, meskipun orang tuanya hanya lulusan sekolah paket tapi anak-anaknya bisa bersekolah lebih tinggi lagi. Baginya, pendidikan bisa mengubah pola pikir, kepribadian, dan tentunya dapat mengubah masa depan. Kini, Dihqon melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pascasarjana IPB University, Jurusan Ilmu Ekonomi di usianya yang ke 23.

Baca Juga :  Serah Terima Mahasiswa Peserta Pengalaman Belajar Lapangan FKM Unsri

Dalam perjalanan perjuangannya, banyak pihak yang telah membersamai dan mendukung. Yaitu orang tua, sahabat, teman-teman, guru-guru/dosen dan juga mentor-mentornya. “Paling utama adalah doa dari orang tua dan anak-anak yang kita bantu. Itu merupakan kekuatan yang paling luar biasa. Ketika saya capek dan mau menyerah, saya selalu ingat, kalau saya menyerah sekarang, nanti nasib mereka bagaimana? dan lain sebagainya. Dan akhirnya saya ingat lagi “WHY” mengapa saya mendirikan Cleansheet, dan akhirnya bangkit lagi,” tuturnya.

Dalam hidupnya, Dihqon memiliki motto “hidup efisien dan bermanfaat bagi banyak orang”. Alasan ingin membantu sesama inilah yang membuatnya tetap bertahan di Cleansheet walaupun tantangan dan masalah datang silih berganti. Ia jadikan semua itu sebagai pembelajaran sehingga Cleansheet dapat berkembang sampai saat ini. (SMH/Zul)