close

Bantu Petani Jagung, ITS Ciptakan Mesin Pemipil Jagung Otomatis

Kampus ITS, ITS News – Setiap musim panen jagung tiba, para petani di Desa Petung, Gresik masih harus memipil jagung secara manual sehingga memakan waktu yang cukup lama dan tentunya banyak menguras waktu serta tenaga para petani. Berangkat dari permasalahan tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah inovasi berupa mesin pemipil jagung otomatis.

Prof. Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, S.T., M.Eng., Ketua Tim KKN Abmas ini mengungkapkan bahwa kawasan Gresik merupakan kabupaten penghasil jagung nasional. Tak ingin menyia-nyiakan potensi tersebut, Harus dan tim berupaya mencari solusi efektif. “Hingga akhirnya kami bersama tim sepakat menggagas alat pemipil jagung otomatis ini,” ungkap dosen Departemen Teknik Mesin ITS tersebut.

Kegiatan hibah alat pemipil jagung otomatis oleh Tim KKN Abmas ITS kepada para petani jagung Desa Petung, Gresik
Kegiatan hibah alat pemipil jagung otomatis oleh Tim KKN Abmas ITS kepada para petani jagung Desa Petung, Gresik

Berdasarkan keterangan Harus, pemipil jagung otomatis ini dirancang khusus dengan menggunakan mesin diesel yang terkenal handal untuk beban berat serta bahan bakarnya yang mudah didapatkan. Selain itu, alat ini juga dilengkapi oleh transmisi belt-pulley dan mekanisme perontok yang bisa diatur ukuran dan kapasitasnya sesuai kebutuhan. “Transmisi belt-pulley sendiri berfungsi meneruskan dan mereduksi kecepatan mesin diesel ke roller perontok jagungnya,” paparnya.

Alat ini, lanjutnya, memiliki kapasitas produksi sebesar 1.200 hingga 1.500 kilogram per jam. Sedangkan kecepatan maksimum yang dihasilkan mencapai 1.500 rotasi per menit dengan daya sebesar 1,5 kW/7,5 HP. “Alat ini memiliki berat mencapai 30 kilogram dengan dimensi 720x620x510 milimeter,” jelas peraih gelar doktor di Tokyo Institute of Technology tersebut.

Baca Juga :  Siap Mengudara, Bayucaraka ITS Optimistis Rangkul Juara di KRTI 2023

Menariknya, mesin ini bisa digunakan untuk memipil jagung dengan ukuran yang berbeda-beda, baik besar, sedang, hingga halus sekalipun dengan bentuk jagung yang rapi dan tidak rusak. Menurut Harus, kemudahan dalam pengoperasiannya merupakan salah satu tujuan agar siapa saja dapat menggunakan alat ini. “Di samping itu, alat ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah, mengingat mesin ini bermotor diesel,” ujar Harus.

Dengan adanya mesin pemipil jagung ini, Harus merasa masyarakat Desa Petung dapat memaksimalkan produktivitasnya sebagai petani jagung. Di sisi lain, bonggol jagung yang dihasilkan usai proses pemipilan dapat diolah warga setempat untuk menjadi pakan ternak, bahan bakar, hingga kebutuhan lainnya.

Proses demo dan uji coba alat oleh Tim KKN Abmas ITS di hadapan petani jagung Desa Petung, Gresik
Proses demo dan uji coba alat oleh Tim KKN Abmas ITS di hadapan petani jagung Desa Petung, Gresik

Kegiatan KKN Abmas ini telah berlangsung selama enam bulan, sejak awal Mei 2021 lalu. Secara rinci, kegiatan ini terdiri dari survei potensi dan kebutuhan petani di bulan Mei, perancangan dan drawing alat pada bulan Juni-Juli, dan proses fabrikasi di bulan September. Sebelum dihibahkan kepada warga setempat, dilakukan uji fungsi teknis di awal September. “Dan terakhir, kami lakukan serah terima dua unit alat pada 22 September lalu,” ungkapnya.

Baca Juga :  ITS Raih Mahasiswa Mancanegara Tertinggi di Indonesia

Pada saat penyerahan hibah alat itu pula, dilakukan serangkaian sosialisasi dan diskusi kepada para petani jagung dan perangkat Desa Petung. Tak hanya itu, tim KKN Abmas ITS juga melakukan demo dan uji coba pengoperasian alat di depan para petani jagung. “Kami melihat antusiasme warga sangat baik, bahkan kami diminta menggagas alat lain seperti pengupas kulit kuaci untuk meningkatkan produktivitas pertanian mereka,” akunya.

Para dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa tim KKN Abmas berfoto usai kegiatan hibah alat
Para dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa tim KKN Abmas berfoto usai kegiatan hibah alat

Kegiatan yang terdiri dari delapan dosen dan tenaga kependidikan serta 11 mahasiswa ini diketahui mengalami banyak kendala, seperti sulitnya koordinasi antara teknis dan lapangan karena penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), beberapa waktu lalu. Meski begitu, Harus bersyukur sebab kegiatan ini akhirnya dapat berjalan dengan lancar.

Ke depan, Ketua Program Studi (Kaprodi) Pascasarjana Teknik Mesin ITS ini menargetkan dapat menggagas mesin pemipil jagung sejenis dengan kapasitas yang lebih besar. “Selain itu, saya berharap dapat menciptakan startup untuk membantu proses hilirisasi atau komersialisasi alat ke petani di seluruh wilayah Jawa Timur,” pungkasnya. (HUMAS ITS)