close

Mahasiswa Teknik Untirta Raih Juara dalam International Young Chemist Summit

Serang, (31/05/2021) – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menambah kembali koleksi mahasiswanya yang meraih prestasi dikejuaraan internasional. Adalah International Young Chemist Summit (IYCS) merupakan kejuaraan atau kompetisi yang diselenggarakan secara daring oleh Universiti Teknologi Malaysia bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung yang tergabung dalam asosiasi yang bernama ACS (American Chemist Student). Kejuaraan IYSC ini meliputi 3 lomba, yaitu presentasi, video, dan essay. Kompetisi ini mengambil tema “Builing Sustainability with Chemistry” dan beberapa sub-tema antara lain Chemical Cycling, Environmental Sustainability, Green Building, dan Renewable Energy

Sulaeman Daniswara Mulya Putera, biasa dipanggil Sulaeman atau Danis adalah  mahasiswa Untirta dari Jurusan Teknik Metalurgi angkatan 2019 yang ikut serta sekaligus menyabet juara 2 dalam kejuaraan IYCS yang diselenggarakan pada tanggal 15 maret- 07 Mei 2021. Sulaeman mengikuti kompetisi ini secara perseorangan (individu) dengan bimbingan dari Kepala Jurusan Teknik Metalurgi. Ia mengaku keberhasilannya tidak lepas dari bimbingan para dosen. “Pak Adhitya Trenggono yang sekaligus merupakan Kepala Laboratorium yang saya ikuti. Selain itu, saya juga sering melakukan sharing kepada dosen dosen lain terkait keterkinian bidang ilmu yang saya dalami sebelum mengikuti kompetisi ini, seperti Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Pak Agus Pramono, dan dosen dosen lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namanya”.ucapnya.

Sulaeman sedikit bercerita awalnya ia mengikuti kejuaraan tersebut. “Saya mendapat informasi kejuaraan IYCS melalui WAG Laboratorium Material Fungsional yang disebarkan oleh kakak tingkat saya Tb. Alwin”.ujarnya. Ia pun menambahkan yang melatarbelakangi sekaligus menjadi motivasi dirinya dalam mengikuti lomba-lomba (baik nasional ataupun internasional) adalah dikarenakan dirinya bersikeras ingin melanjutkan studi pasca sarjana ke luar negeri selepas lulus dari UNTIRTA. Di sini ia mengerti kalau portofolio keikutsertaan dan prestasi akan menunjang dan menjadikan nilai tambah saat  wawancara nanti. Selain itu, ia juga ingin berdedikasi positif untuk UNTIRTA, khususnya kepada Jurusan Teknik Metalurgi agar dapat dikenal dan berprestasi di dalam dan luar negeri. Selanjutnya sebagai informasi dalam kejuaraan IYSC ini Sulaeman memilih lomba penulisan essay dengan tema renewable energy dan judul essay nya adalah “The Prospect and Potential of Graphene as Highly-Themal Conductive Material to Improve Heat Exchanges Efficiency in BCPP Geothermal Heat Exchanger”.

Essay yang dibuat oleh pria berusia 20 tahun ini berfokus kepada energi terbarukan, yaitu geotermal (panas bumi) melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dimana sangat berpotensi apabila diterapkan di Indonesia dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada diatas garis vulkanis. Jenis PLTP yang ia dalami disini adalah jenis Binary Cycle Power Plant (BCPP) yang prinsip kerjanya hampir sama seperti reaktor nuklir, yaitu dengan menggunakan 2 tahap pemanasan fluida untuk memproduksi uap yang digunakan untuk memutar turbin. Akan tetapi ia melihat bahwa ada kecenderungan mengenai heat loss pada PLTU jenis ini yang sangat berdampak pada generasi uap yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan pembangkit jenis BCPP ini tidak mengandalkan sumber panas external, melainkan hanya bergantung pada panas yang di-ekstrak dari dalam bumi. Oleh karena itu, demi mencegah adanya heat loss, ia mencoba untuk meneliti material yang memiliki konduktivitas termal tinggi melalui berbagai literatur. Dari sini ia mendapat Graphene sebagai material yang memadai untuk kasus demikian. Melalui kombinasi dari material logam yang biasa digunakan pada sistem perpipaan dan reservoir BCPP, yaitu tembaga, mahasiswa yang ber-Ipk  3,53 ini berinisiatif untuk memadukan Graphene dan Tembaga untuk meningkatkan kapabilitan transfer panas. Dari metode ini dapat dilakukan teknik pelapisan bahan (coating) pada tembaga dengan nanopartikel graphene. Selain itu, hal ini juga dapat meminimalisir terjadinya korosi pada paduan tembaga konvensional yang diakibatkan oleh gesekan partikel solid yang terkandung pada geo-fluida, temperatur yang tinggi, dan air asin (brine) yang mengandung banyak mineral di dalam bumi yang dipompa keluar.

Baca Juga :  Pandemi Reda, ITS Kembali Terima Puluhan Mahasiswa Asing

Sulaeman berharap dari karya essaynya ini dapat bermanfaat terutama dalam menunjukan potensi dari material graphene yang dapat diimplementasikan untuk menunjang kinerja dari PLTP jenis BCPP dengan mempertimbangkan faktor heat loss, korosi, dan hal lainnya. Akan tetapi dirinya lebih menekankan bahwa biaya yang dibutuhkan tergolong cukup besar dan perlu adanya riset lebih lanjut dikarenakan masih sangat sedikit publikasi yang memuat tentang graphene sebagai penunjang heat exchanges. Namun, dengan pertimbangan biaya reparasi tahunan dan kerusakan umum, gagasan dan potensi ini dapat menjadi fokus dalam pengembangan PLTP demi ketahanan dan keberlangsungan energi ramah lingkungan di Indonesia. (RDB)