close

Bambang Brodjonegoro di Kuliah Umum FEB UI: Refleksi Perjalanan Sang Guru

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “Refleksi Perjalanan Sang Guru: Akademisi, Birokrasi, dan Kebijakan Publik Indonesia” dengan pembicara Prof. Bambang P.S Brodjonegoro, Ph.D., Menteri Kementerian Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (periode 2019-2021), sekaligus Guru Besar FEB UI.

Kuliah umum tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor UI Bidang Keuangan dan Logistik, Vita Silvira, S.E., Ak., MBA., CA., Prof. Dr. Budi Frensidy, S.E., M.Com. (Anggota Senat Akademik Fakultas – unsur departemen ilmu akuntansi dan Anggota Dewan Guru Besar FEB UI), Herda J.T Prasmadji M.Pd (Sekretaris Pimpinan FEB UI), para kepala program studi, kepala Lembaga di FEB UI, mahasiswa, dan peserta umum. Pada kuliah tersebut bertindak sebagai moderator adalah Teguh Dartanto, Ph.D., Pj. Dekan FEB UI.

Dalam sambutannya, Teguh menyampaikan bahwa kuliah umum ini merupakan hal rutin atau tradisi di FEB UI pada setiap Rabu pukul 14.00 WIB, yang diisi oleh tokoh ternama. “Pada kuliah umum ini, sivitas akademika FEB UI ingin mendengarkan perjalanan serta rekam jejak profesional Prof. Bambang dari akademisi bergerak ke birokrasi, dan juga bagaimana menyusun kebijakan publik di Indonesia. Menurut saya, ini merupakan pelajaran berharga yang dapat kita ambil manfaatnya, atau bagaimana kita mempersiapkan diri untuk berkarier yang lebih baik dan lebih tinggi. Intinya, generasi muda FEB UI ingin mendengarkan saran dan wejangan dari Sang Guru,” ujar Teguh.

Bambang Brodjonegoro memaparkan perjalanan kariernya dimulai dari akademisi yang juga dekan di FEB UI. Ia merasakan FEB UI merupakan satu unit pendidikan yang dinamis. “Artinya, kita tidak terpaku pada keilmuan saja, tetapi dituntut untuk memperkuat serta memperkaya ilmu tersebut dan sebagai dosen diharuskan untuk bisa mencapai posisi tingkat tertinggi menjadi Guru Besar. Selain itu, FEB UI sejak 1966 sudah terlibat dalam pengambilan kebijakan publik di Indonesia bersama pemerintah dan swasta. Hal ini menandakan FEB UI mempunyai tradisi yang selalu melahirkan teknokrat, antara birokrat dan politisi, untuk memberikan nuansa keilmuan dan penekanan pada aspek teknis dari semua rules, regulation and standard dalam membuat kebijakan publik yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Baca Juga :  Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC), Mahasiswa Unpad Rancang Robot Pengendali Larva Aedes Aegypti

Menurut Bambang, ada beberapa pelajaran yang diperoleh selama berkarier sebagai akademisi, diantaranya mengabdi pada almamater setelah menempuh Master dan Ph.D. di University of Illinois at Urbana-Champaign (1991-1997); menjembatani UI dengan universitas ternama luar negeri melalui program double degree untuk program Sarjana dan Pascasarjana dan menggalang dana untuk menambah gedung akademik baru; dan aktif sebagai alumni yang guru besar FEB UI, juga aktif memberi seminar dan kuliah umum walaupun sudah menjadi birokrat.

Sepak terjangnya di dunia akademik membuat Agus Martowardojo (alumni FEB UI) yang kala itu menjabat sebagai Menteri Keuangan RI ‘meminang’ Bambang sebagai Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Inilah awalnya Bambang masuk ke kementerian keuangan dan pertama kalinya berkarier di luar kampus untuk mengabdi pada negeri. Selama berkiprah di BKF, Bambang mengaku banyak sekali mendapat ilmu dan pengalaman baru, karena tidak hanya mengandalkan textbook dan teori/konsep namun harus membuktikan sebagai akademisi yang bertransformasi secara mulus menjadi teknokrat.

Bambang mengungkapkan, pelajaran sebagai birokrat untuk kesejahteraan masyarakat sudah digelutinya di tiga kementerian, yakni Menteri Keuangan: membuat kebijakan yang efektif seperti tax amnesty, realokasi subsidi BBM untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan, inisiasi program Public Private Partnership (PPP), meningkatkan hibah pada pemerintah daerah untuk mengentaskan kemiskinan; Menteri PPN/Ketua Bappenas: mengimplementasi kebijakan sesuai Sustainable Development Goals (SDGs) seperti menerapkan dan mengkomunikasikan SDGs dalam perencanaan pembangunan nasional, menerapkan kebijakan satu data dan satu peta (e-government), merancang smart card untuk 40% keluarga berpenghasilan terendah, merancang ibukota baru, dan menggagas visi Indonesia 2045; Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional: merespon pandemi dengan riset dan teknologi seperti memimpin dan mengelaborasikan triple helix dalam konsorsium riset dan inovasi Covid-19, memimpin pengembangan vaksin nasional (vaksin Merah Putih), dan menerapkan pengembangan IPTEK sebagai dasar pembangunan negara.

Baca Juga :  Ditjen Diktiristek Dorong Pengembangan dan Pembinaan Seni bagi Mahasiswa Indonesia

Dedikasi pada Indonesia diwujudkan Bambang dengan menerapkan ekonomi yang digerakkan oleh inovasi (innovation driven economy), yang dapat mendorong perkembangan bangsa dan mengeluarkan Indonesia dari middle income trap. Inovasi tepat guna yang didorong oleh riset dan pengembangan dapat mendorong kemajuan Indonesia, maka kerja sama triple helix sangat dibutuhkan. Ke-17 tujuan dalam SDGs yang mencakup  terutama energi terbarukan, perubahan iklim, dan pengurangan kesenjangan sosial harus digerakkan secara masif. Pengembangan urban dan infrastruktur untuk menghubungkan Indonesia dapat mempercepat pengembangan hulu ke hilir, metropolitan, dan lingkungan.

Bambang menyoroti, pada abad 21 ini, skills yang dibutuhkan oleh generasi muda harus sesuai dengan kemajuan era digital. Saat ini, generasi muda dituntut berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah, kreativitas dalam melihat dunia dari berbagai perspektif, kolaborasi bersama tim dengan komunikasi yang baik, penguasaan Information and Communication Technology (ICT) dan multimedia, serta kepemimpinan yang dapat mengampu.

“Sebagai refleksi karier selama 10 tahun, saya ingin menitipkan satu hal kepada para peserta khususnya para mahasiswa di kuliah umum ini, bahwa sebagai manusia jangan pernah berhenti belajar untuk terbuka terhadap sesuatu yang baru. Kredibilitas diri kita di mata masyarakat terlihat apabila selalu tanggap dan peduli terhadap isu terbaru atau permasalahan di kalangan masyarakat. Selain itu, kita harus selalu terbuka untuk menerima masukan, karena pemikiran dan konsep pastinya berbeda dari masing-masing individu,” ujar Bambang menutup sesinya, yang dihadiri lebih dari 400 orang.

Kuliah bersama Bambang dilaksanakan secara daring pada Rabu (19/5) yang disiarkan di kanal Youtube Humas FEB UI dan telah ditonton oleh 278 views.