close

Guest Lecture Series Fakultas Farmasi UI Hadirkan Pembicara Dari Osaka University Dan Queen’s University Belfast

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) melaksanakan tiga seri kuliah umum (guest lecture series) guna memberikan pengetahuan baru yang lebih luas kepada mahasiswanya. Guest Lecture Series tersebut menghadirkan narasumber Prof. Shuji Akai, Ph.D (Sekolah Pascasarjana Ilmu Kefarmasian, Osaka University Jepang), Prof. Yasushi Fujio M.D. (Osaka University Jepang), dan Prof. Ryan Donnelly (Sekolah Farmasi, Queen’s University Belfast).

Pada Guest Lecture Series ke-1, Prof. Akai memberikan materi berjudul “Lipase-catalyzed Asymmetric Synthesis of Bioactive Molecules”. Pada kuliah tersebut hadir Prof. Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt., Wakil Dekan I FFUI, yang merangkap menjadi moderator. Prof. Akai menyampaikan paparan proses dan hasil penggunaan lipase untuk sintesis simetri. Menurutnya, alasan lipase digunakan sebagai biokatalis dalam biotransformasi, diantaranya stabil dalam penyimpanan pada suhu dingin (dalam lemari pendingin) selama beberapa tahun; memiliki aktivitas yang baik pada pelarut organik (aktivitas ini sama baiknya dengan aktivitasnya pada media air); aktif pada suhu -30o – 80oC; memiliki selektivitas tinggi sebagai substrat artifisial dalam penggunaan luas; reaksi yang sederhana sama sederhananya dengan reagen kimia murni, sehingga mudah dalam penanganan dan tidak membutuhkan kofaktor atau zat tambahan lain; dan terdapat beberapa variasi lipase yang tersedia secara komersial.

Lebih lanjut, ia menyampaikan beberapa metode penggunaan lipase untuk sintesis asimetri. Berdasarkan pemaparan yang disampaikan, bahwa metode Dynamic Kinetic Resolution (DKR) adalah metode yang lebih menguntungkan. “Metode DKR dengan menggunakan Vanadium-Mesoporous Silica (V-MPS) lipase lebih menguntungkan karena tahapan reaksi yang yang lebih sedikit, material awal yang murah, tanpa reaksi redoks, dan yield yang tinggi”, ujar Prof. Akai.

Selain itu, rasemisasi dengan asymmetric biaryl coupling memberikan keuntungan pada sistem DKR. Penggunaan metode di atas menghasilkan sintesis dengan efisiensi atom, enantiomeric excess yang baik, sederhana, 100% yield, tersedianya material, green chemistry, tahapan reaksi yang lebih sedikit, penggunaan reagen yang lebih sedikit, dan aman.

Baca Juga :  Mahasiswa ITS Gagas Modifikasi Aspal dari Limbah Lumpur dan Kelapa Sawit

Selanjutnya pada Guest Lecture Series ke-2, Prof. Fujio yang menjabat sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Kefarmasian, Osaka University, menyampaikan materi yang berjudul “Cytokine Signaling in Heart Diseases”. Kuliah tersebut dipandu oleh Dr. Anton Bahtiar, M.Biomed., Apt., Dosen FFUI sekaligus Ketua Program Studi Apoteker.

Dalam penjelasannya, Prof. Fujio membagi dua penjelasan mengenai famili sitokin interleukin 6 (IL-6), yaitu famili sitokin interleukin 6 (IL-6) yang terlibat dalam ischemic heart disease dan myocarditis. Menurut Prof. Fujio, sitokin-sitokin yang ideal digunakan untuk terapi kardioprotektif adalah sitokin yang memiliki reseptor spesifik yang diekspresikan pada cardiomyocytes, serta reseptor spesifik tersebut tidak diekspresikan oleh sel inflamatori.

Kemudian, Prof. Fujio melanjutkan penjelasan mengenai famili sirokin interleukin 6 (IL-6) yang terlibat dalam myocarditis. Prof. Fujio menyampaikan bahwa myocarditis umumnya sembuh secara alami pada kebanyakan pasien, namun beberapa patogenesis myocarditis yang terjadi telah diteliti pada beberapa eksperimen. “Pada eksperimen myocarditis karena autoimun, teramati adanya tonjolan pada membran sel cardiomyocytes dalam proses penyembuhan myocarditis. Tonjolan pada membran sel ini diinduksi karena peningkatan eskpresi dari moesin. Cardiomyocytes menunjukkan stuktur yang plastis pada saat terjadi penyembuhan myocardial pada myocarditis. Pada proses ini, STAT3 diaktifkan tidak hanya pada sel yang menginfiltrasi tetapi juga pada cardiomyocytes,” ujar Prof. Fujio.

Studi pada model ikan zebra menunjukkan bahwa aktivitas STAT3 berkontribusi pada perbaikan atau regenerasi myocard dengan meningkatkan proliferasi dan menghambat apoptosis pada cardiomyocyte. Prof. Fujio memberikan kesimpulan dari uji yang dilakukan, yaitu cardiomyocytes pada murin menunjukkan kapasitas perbaikan atau regenerasi ketika terjadi myocarditis sehingga terjadi penyembuhan alami pada myocardial injury. Aktivasi kapasitas cardiomyocytes tersebut dapat digunakan sebagai strategi baru pada terapi gagal jantung.

Baca Juga :  Kasus Covid-19 Melonjak: UGM Bantu Oksigen, Selter, dan Layanan Perawatan Pasien Covid-19

Pada Guest Lecture Series yang ke-3 diisi oleh Prof. Ryan yang menyampaikan materi berjudul “Microneedles” dan dipandu oleh Delly Ramadon, M.Farm., Apt., Ph.D., Dosen FFUI. “Microneedle merupakan jarum kecil yang memiliki ukuran dalam rentang mikrometer. Jarum – jarum ini umumnya berada dalam bentuk patch. Microneedle memiliki berbagai bentuk jarum, ukuran jarum, dan bahan pembentuk jarum yang berbeda-beda. Beberapa jenis microneedle diantaranya dissolving microneedle dan coated microneedle. Microneedle dapat digunakan untuk mengantarkan vaksin atau zat aktif lain yang umumnya larut di dalam air,” ujar Prof. Ryan.

Prof. Ryan memaparkan alasan microneedles penting untuk dikembangkan saat ini, karena adanya peningkatan urgensi kebutuhan dari produk microneedle untuk menggantikan pemberian obat yang dihantarkan melalui injeksi, vaksin Covid-19, dan vaksin lainnya. Pada perkembangannya, microneedle juga dirancang untuk dapat mengantarkan zat aktif yang bersifat hidrofobik, dengan memperhatikan beberapa pertimbangan.

Di akhir presentasi, Prof Ryan menyampaikan potensi dan arah pengembangan microneedle ke depan. “Microneedle memiliki potensi yang tinggi untuk mengantarkan obat hidrofobik dalam dosis besar, baik pengantaran obat tunggal maupun kombinasi. Hal ini berpotensi mengatasi tantangan global pada pelayanan kesehatan. Selain itu, masih diperlukan studi lanjutan untuk memahami farmakokinetik obat yang dihantarkan dengan microneedle pada hewan uji versus manusia,” ujar Prof. Ryan.